
Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengklaim kemenangan atas Israel setelah perang yang berlangsung selama 12 hari, sejak dimulai pada Jumat (13/6/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Khamenei melalui akun media sosial X pada Selasa (24/6/2025), usai Iran dan Israel menyepakati gencatan senjata.
“Saya mengucapkan selamat atas kemenangan terhadap rezim Zionis,” tulis Khamenei, dikutip Kompas.com (26/06/2025)
Khamenei juga menegaskan bahwa Israel telah hancur akibat gempuran militer Iran selama konflik.
a menyatakan Iran tidak hanya menang melawan Israel, tetapi juga atas Amerika Serikat (AS) yang turut campur dalam perang tersebut.
“AS terjun ke dalam perang dalam upaya menyelamatkan rezim itu, tetapi tidak mencapai apa pun,” ujarnya.
Iran Serang Pangkalan Udara AS di Qatar
Khamenei menyebut bahwa Iran menyerang dan merusak Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, salah satu pangkalan utama militer AS di kawasan Timur Tengah.
“Fakta bahwa Iran memiliki akses ke pusat-pusat utama AS di kawasan itu dan dapat mengambil tindakan kapan pun dianggap perlu merupakan masalah yang signifikan. Tindakan seperti itu dapat diulangi di masa mendatang. Jika terjadi agresi, musuh pasti akan membayar harga yang mahal,” tegas Khamenei.
Tanggapan Israel: Tidak Masuk Akal
Klaim kemenangan Iran langsung dibantah oleh Uri Dromi, pensiunan kolonel dan mantan juru bicara pemerintah Israel pada 1990-an. Ia menilai klaim tersebut tidak realistis.
“Saya tidak percaya saya benar-benar mendengarnya,” kata Dromi.
“Saya ragu ada satu orang Iran yang tahu apa pun tentang apa pun yang mempercayainya, dengan pesawat Israel yang berkeliaran bebas di atas Iran,” lanjutnya.
Perang antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni 2025 setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan serangan tersebut ditujukan untuk melumpuhkan senjata nuklir Iran.
Akibat serangan itu, sejumlah perwira tinggi militer Iran dan ilmuwan nuklir dilaporkan tewas.
Iran merespons cepat dengan meluncurkan serangan rudal balasan. Selama lebih dari sepekan, kedua pihak terlibat dalam jual-beli serangan yang menimbulkan banyak korban jiwa.