DELTASLOT88

      DELTASLOT88 – Makna Bulan Suro, dari Sejarah, Tradisi Jawa, dan Keistimewaan 10 Muharram

      ilustrasi tradisi Jawa dalam merayakan 1 Suro. Sejarah 1 Suro.

      Lihat Foto

      Suro sebagai bulan pertama dalam kalender Jawa.

      Istilah ini berasal dari kata ‘Asyura’, serapan dari bahasa Arab yang berarti “kesepuluh”, merujuk pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriah.

      Dalam pemahaman masyarakat Islam di Jawa, bulan Suro identik dengan Muharram, dan 10 Muharram dianggap sebagai hari suci karena berbagai peristiwa penting dalam sejarah para Nabi.

      Dalam bahasa Jawa, pengucapan Asyura berubah menjadi Suro, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Islam-Jawa.

      Bulan Muharram atau Suro termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam, bersama Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

      “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu.”
      (QS. At-Taubah: 36)

      Tradisi Suro dan Perspektif Hukum Islam

      Dalam artikel ilmiah berjudul “Tradisi Satu Suro di Tanah Jawa dalam Perspektif Hukum Islam” oleh Risma Aryanti dan Ashif Az Zafi dari IAIN Kudus, disebutkan bahwa bulan Suro dipandang sebagai bulan sakral yang penuh makna simbolik.

      Dalam 10 hari pertama bulan ini, masyarakat Jawa sering melakukan berbagai ritual spiritual sebagai bentuk introspeksi dan pembersihan diri.

      “Bagi masyarakat Islam-Jawa, kekeramatan bulan Suro tidak berasal dari ajaran Islam murni, melainkan dipengaruhi oleh budaya keraton,” tulis Risma dan Ashif dalam kajiannya.

      Dalam artikel tersebut, dijelaskan pula bahwa penghormatan terhadap bulan Suro dipengaruhi oleh dua sumber: pertama, ajaran Islam mengenai kemuliaan bulan Muharram; dan kedua, warisan budaya lokal Jawa yang mengagungkan momen awal tahun sebagai masa kontemplasi batin.

      Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun praktik tradisi Suro tidak sepenuhnya bersumber dari ajaran Islam normatif, sebagian besar ritual tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, selama tidak mengandung unsur syirik atau khurafat.

      Bulan Suro dalam Perspektif Islam-Jawa

      Di kalangan masyarakat Jawa, kata Suro merupakan pelafalan lokal dari Asyura yang telah menjadi bagian dari khasanah budaya Islam-Jawa.

      Istilah ini bukan hanya menunjukkan penanggalan, tetapi juga memiliki muatan spiritual dan budaya yang kuat.

      Dalam keyakinan masyarakat Islam-Jawa, 10 hari pertama bulan Suro dianggap paling keramat, terutama tanggal 1 hingga 10 Muharram.

      Namun, persepsi kesakralan ini lebih dipengaruhi oleh tradisi dan budaya keraton daripada dari doktrin keagamaan murni.

      Hi, I’m admin

      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *