DELTASLOT88

      DELTASLOT88 – Kisah Bung Karno Merumuskan Pancasila, dari Pengasingan Ende hingga Podium BPUPKI

      Pidato Soekarno dalam sidang BPUPKI. Sejarah Hari Lahir Pancasila: dari pidato Bung Karno hingga jadi hari libur nasional.

      Lihat Foto

      Pancasila.

      Tanggal ini merujuk pada momen ketika Ir. Soekarno, di tengah situasi dunia yang masih diliputi Perang Dunia II, menyampaikan pidato monumental yang untuk pertama kalinya merumuskan lima prinsip dasar negara Indonesia: Pancasila.

      Kini, momentum bersejarah itu telah diresmikan sebagai hari nasional lewat Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

      Namun, jauh sebelum itu, peringatan ini sempat dilarang pada masa Orde Baru setelah sebelumnya dicetuskan dan dirayakan pada era Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno.

      Namun di balik peringatan ini, tersimpan sebuah kisah personal yang menggetarkan hati: kisah tentang malam sunyi, pencarian spiritual, hingga keberanian Bung Karno menyampaikan gagasannya secara terbuka di hadapan para anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan penjajah Jepang yang saat itu masih bercokol. 

      Jejak Menuju Sidang Bersejarah BPUPKI

      Pada 1 April 1945, dunia tengah diguncang oleh peristiwa besar: tentara Amerika Serikat menyerbu Okinawa, Jepang.

      Tekanan perang membuat kekaisaran Jepang berpikir ulang tentang posisi koloninya, termasuk Indonesia. Akhirnya, pada 29 April 1945, Kaisar Jepang menyetujui pembentukan BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Chōsakai.

      Organisasi ini bertugas menyusun rencana kemerdekaan Indonesia. Lalu pada 28 Mei 1945, digelar sidang pertama di Gedung Chuo Sangi In, atau bekas Gedung Volksraad di Jakarta—bangunan khas kolonial Belanda yang megah, berat, dengan langit-langit kaca patri dan lantai marmer berkilau.

      Bung Karno mengenang suasana sidang itu sangat kacau.

      “Selama tiga hari terdapat perbedaan pendapat besar mengenai prinsip dasar Indonesia merdeka,” kenangnya dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.

      Namun, Soekarno tidak buru-buru angkat bicara. Ia duduk diam, mendengarkan, dan mencatat.

      Malam Sunyi dan Ilham di Bawah Bintang

      Di tengah kekacauan ide dan silang pendapat yang tajam, Bung Karno justru menemukan ketenangan di malam hari. Malam sebelum ia berpidato, ia berjalan ke luar rumah, seorang diri.

      “Aku memandang bintang-bintang di langit. Dan aku kagum pada ciptaan yang sempurna itu. Lalu aku meratap pelan-pelan. Kusampaikan pada Tuhan, ‘Aku menangis karena besok aku akan menghadapi saat bersejarah dalam hidupku. Dan aku memerlukan bantuan-Mu’,” ungkap Soekarno pada Cindy Adams. 

      Ilham tentang Pancasila bukan datang tiba-tiba. Ia merupakan hasil kontemplasi panjang yang telah dilakukan Soekarno sejak masa pembuangannya di Ende, Flores, jauh sebelum sidang BPUPKI digelar.

      Di bawah pohon rindang halaman rumah pengasingannya, ia merenung tentang dasar ideal bagi negara yang merdeka.

      Hi, I’m admin

      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *