
Jalur Gumitir yang menghubungkan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Proyek ini dijadwalkan berlangsung dari Juli hingga Desember 2025, dengan penutupan total selama dua bulan, yakni mulai 24 Juli hingga 24 September 2025.
Kepala Dinas Perhubungan Banyuwangi, Komang Sudira Atmaja, menegaskan ketidaksetujuan Pemkab terhadap rencana penutupan total jalur selama proyek berlangsung.
Dilansir Kompas.com (27/06/2025), ia mengkhawatirkan dampak ekonomi yang timbul, termasuk potensi inflasi di wilayah Banyuwangi, Jember, bahkan Bali.
“Karena proses biaya akomodasi menjadi lebih mahal, karena harus menempuh rute yang lebih jauh. Itu nanti yang coba kami sampaikan supaya dapat menjadi bahan pertimbangan,” kata Komang, Jumat (27/6/2025).
Kendala Distribusi BBM Jadi Sorotan
Komang menyoroti potensi gangguan distribusi bahan bakar minyak (BBM) akibat keterbatasan infrastruktur di jalur alternatif Bondowoso.
Jembatan di jalur tersebut hanya mampu menahan beban maksimal 15 ton, sedangkan truk tangki BBM jauh lebih berat.
“Teman-teman Pertamina bertanya soal itu. Truknya tidak mungkin lewat jembatan di Bondowoso karena bebannya lebih berat dari jembatan. Karena tidak bisa lewat, kalau ngirim ke Jember kan harus lewat Probolinggo. Tapi lebih jauh rutenya dan bisa berdampak ke inflasi,” jelasnya.
Pemkab Banyuwangi masih akan melakukan pembahasan lanjutan bersama pemangku kepentingan, termasuk Ditlantas, terkait skema terbaik selama proyek berlangsung.
Alasan Keamanan Jadi Dasar Penutupan Total Jalur Gumitir
Perwakilan dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali, Satiya, menjelaskan bahwa proyek perbaikan dilakukan demi keselamatan pengguna jalan.
Perbaikan mencakup penanganan longsoran dengan pemasangan bored pile sebanyak 55 titik sepanjang 115 meter, serta perbaikan geometri jalan.
“Perbaikan Jalur Gumitir meliputi penanganan longsoran dengan penguatan lereng bawah menggunakan konstruksi bored pile yang akan dipasang sebanyak 55 titik sepanjang 115 meter, serta dilakukan perbaikan geometri jalan untuk keselamatan pengguna jalan,” ujar Satiya.
Ia menyebut, lebar jalan yang terbatas serta penggunaan alat berat seperti bore pile machine membuat jalur tidak bisa dilalui kendaraan selama pengerjaan.
“Pekerjaan ini mempunyai risiko yang sangat tinggi bagi keselamatan pengguna jalan,” tegasnya.
Kondisi Alam Tambah Risiko Pengerjaan
Satiya menambahkan bahwa faktor cuaca juga turut diperhitungkan. Curah hujan tinggi di wilayah Jember, terutama di sekitar Gumitir, meningkatkan risiko longsor saat pengerjaan berlangsung.